Seharusnya postingan ini release tahun depan, tapi karena mood nulis gua lagi bagus jadi yasudah sekarang aja hahahaha, it's okay.
Gua akan coba breakdown salah satu topik yang paling gua hindari, fisik. Semasa SMP sampai SMA self-esteem gua itu rendah sekali. Di saat teman-teman berebut untuk masuk ke dalam frame foto, tapi justru gua lari sekenceng mungkin biar ga ke foto. Cermin itu musuh, bahkan gua pernah maksa cuci muka berkali-kali (which is tidak boleh karena anjurannya hanya 2x sehari pagi dan malam) biar ga kelihatan kusam (padahal hal ini justru merusak muka gua sendiri). Gua gak mau menunjukkan diri karena gua juga gak merasa diri gua menarik, sungguh menyedihkan.
Tentang bagaimana ini semua bermula, gua juga gak ngerti. Beberapa hal yang gua ingat itu ketika mulai banyak orang yang menyinggung tentang jerawat. Ya, gua udah jerawatan dari SD, sudah jerawatan mukanya kusam pula. Gua juga sadar bahwa ini faktor keturunan, tapi kalau diinget ya tetep sedih sih. Gua awalnya tidak peduli tapi mulai sadar ketika orang mulai membandingkan ini-itu. Apalagi dengan gigi gua yang tidak tumbuh beberapa, tidak rata dan kurang sempurna, sedih gua malah makin menjadi-jadi. Memang omongan orang dan standar manusia itu menyakitkan sekali ya. Untungnya, gua orangnya pelupa. Gak juga sih, gua memang cenderung melupakan kenangan buruk dan kejadian traumatis. Awalnya memang sengaja, tapi ternyata lupa beneran hehe, syukurlah. Meskipun rasanya masih nemplok, tapi setidaknya sudah gak ingat rentetan kejadian buruknya apa saja.
Hari demi hari berlalu dan self-esteem gua makin tipis aja. Satu hal yang gua syukuri adalah, bahwa otak gua cukup manjur. Itu juga kenapa gua lebih suka dikenal lewat karya karena kalau lihat fisik ya takutnya tidak sesuai ekspetasi hehe. Mungkin inilah salah satu penyebab kenapa pada akhirnya gua suka menutup diri. Awalnya memang karena self-esteem yang rendah, tapi ternyata malah keterusan gak mau menunjukkan diri sampai sekarang. Mungkin suatu saat nanti, tapi yang jelas bukan sekarang.
Tapi gua udah cukup berdamai kok! kalau belum berdamai gua gak akan sanggup menulis haha. Gua mau menjelaskan bagaimana cara gua berpikir dan menyelesaikan persoalan ini. Momen yang menurut gua life changing itu sebetulnya terjadi tahun kemarin. Ibu bilang begini, "Allah itu memberi banyak sekali rahmat dan anugerah kepada manusia. Tapi, mengapa ketika Allah memberi 1 kekurangan manusia itu justru akan terpaku hanya pada kekurangan tersebut? bukankah ada banyak hal yang patut disyukuri?." Omongan ibu hari itu rasanya menembus hati gua. Tentang bagaimana gua bisa bernafas dan hidup hari itu saja sebenarnya sudah cukup mind-blowing, satu saja indra atau organ yang tidak berfungsi baik, hidup gua pasti tidak akan sama lagi.
Hari itu gua merasa bahwa selama ini gua terlalu kufur nikmat. Soal rupa mungkin Allah memang memberi gua kadar segitu, ya diterima saja, tidak mengapa (self-acceptance itu penting guys). Rupa memang cukup penting, tapi rupa juga bukan segalanya. Ada banyak kata kok yang bisa bersanding dengan menawan selain rupa. Akhlaknya menawan, hatinya menawan, tutur-katanya menawan, bahkan bisa saja kesehariannya menawan. Ketika seseorang mengatakan gua jelek apakah keseluruhan diri gua menjadi jelek? tidak dong. Setelah ditelaah, ada banyak kombinasi rupa-rupa menawan kok yang bisa dibentuk. Mulai hari itu, gua bertekad untuk melihat kembali diri gua secara objektif setelah selama ini cenderung fokus dengan sisi negatif saja. Merawat dan upgrade diri memang penting dan merupakan bentuk kasih sayang terhadap diri sendiri. Tetapi, untuk hal yang sifatnya fitrah dan tidak bisa dirubah, biarlah seperti itu.
Penyelesaiannya mungkin terlihat sederhana ya? tapi prosesnya itu rumit sekali. Gua bahkan sekarang tidak bisa mengatakan bahwa kepercayaan diri gua benar-benar kembali, belum. Beauty standard bagi seorang perempuan itu menyeramkan! Kalau mau bahas beauty standard ini panjang banget, tapi contoh yang akan gua coba ambil adalah fakta bahwa... orang indonesia itu sangat terobsesi menjadi putih! Hitung berapa banyak produk yang memiliki klaim whitening dan analisis seberapa besar target market yang mereka punya. Sebenanya obsesi kulit putih ini akal-akalan siapa sih?!! Itu baru warna kulit, belum kriteria lain seperti mata, hidung, trend bentuk bibir, gigi, rahang, tinggi badan dan sebagainya. "Ya gak usah dipikirin, cuek aja." Betul, kalau cuek semudah itu gua rasa hal ini tidak akan menjadi sebuah masalah & fenomena sedari awal.
Contoh lain ketika terjadi kasus perselingkuhan apa yang dilakukan orang-orang? Betul, membandingkan rupa antara istri sah dengan selingkuhannya. Padahal bagaimana pun rupa sang istri, selingkuh itu perbuatan keji! kalau selingkuhannya lebih cantik lantas mengapa? seseorang yang sudah mengucap janji harusnya bisa menjaga komitmen terlepas keadaan fisik si istri. Akad itu janji antara dia dengan Tuhannya loh. Ironisnya lagi gua melihat di kolom komentar banyak yang mengatakan hal-hal buruk saat si istri mengupload foto wajah tanpa make-up. Kalau mau menerima istri hanya saat cantiknya saja ya jangan coba-coba menikah, padahal penampilan istri itu juga merupakan cerminan bagaimana suami memperlakukannya selama ini. Menuntut ini itu tapi tidak memberi fasilitas ya aneh juga. Menyakitkan banget bagi sang istri sudah kena musibah tapi masih saja dibanding-bandingkan.
Maka dari itu lingkungan juga berperan penting. Setinggi apapun self-acceptance gua, kalau lingkungannya toxic ya sama aja stress. Untuk itu, bertemanlah dengan orang-orang yang baik. Kalau terjadi suatu masalah dan keadaan terus memburuk, bisa jadi yang salah memang lingkungannya. Kita itu berharga di mata orang yang tepat. Dibanding berusaha memenuhi ekspetasi orang-orang toxic yang gak ada habisnya, akan jauh lebih baik kalau kita fokus mencari lingkungan yang mau menerima kita. Gua tidak bilang perjalanannya mudah, tapi solusi ini cukup worth to try. Hati manusia itu aslinya lembut dan rapuh, begitu juga dengan gua. Ketika menerima pujian, gua merasa bahwa diri gua dihargai. Sebaliknya, ketika menerima ejekan gua pun akan merasa bahwa diri gua rendah dan tidak berharga. Kalau bertemu orang yang tepat, setidaknya hati jauh lebih secure karena mendapat afirmasi dan kasih sayang yang tulus.
Gua menulis ini juga untuk mengingatkan diri gua kembali ketika nanti terombang-ambing, mengajak diri gua untuk menimbang-nimbang kembali. Sepertinya sudah yakin sekali ya manusia ini di masa depan akan terombang ambing WKWKWKW ya karena hati manusia serapuh itu! Kuat sekarang belum tentu kuat besok, tapi nangis sekarang juga bukan berarti nangis selamanya. Lucu juga melihat emosi gua naik turun di dalam 1 post. Persoalan fisik ini gak bakal ada habisnya, persoalan sepanjang masa. Tapi setidaknya gua udah punya gambaran secara umum. Bisa jadi di masa depan gua akan membahas ini lagi dengan membawa perspektif baru, siapa tahu kan??!!
Mari kita sudahi karena gua ngantuk berat
0 Komentar